Review Film Gran Torino: Arti Hidup dan Mati bagi Walt Kowalski

Ini bukan pertama kalinya aku menonton film buatan Clint Eastwood. Sebelumnya, ada The Bridges of Madison County yang langsung membuatku terpana. Selain apik menjalani peran ganda, sebagai sutradara dan aktor, Clint Eastwood juga pandai meninggalkan perasaan hangat nan unik di hati penikmat karyanya.

Melalui film The Bridges of Madison County, Clint Eastwood menampilkan kisah asmara singkat yang seru sekaligus realistis antara dirinya dengan Francesca Johnson (Meryl Streep). Di film tersebut, Clint Eastwood berperan sebagai Robert Kincaid, jurnalis foto National Geographic yang sedang berkunjung ke Iowa untuk memotret sebuah jembatan legendaris.

Dalam perjalanannya mencari jembatan tersebut, ia lantas bertemu dengan Franscesca, seorang ibu rumah tangga asal Italia yang menikahi mantan tentara Perang Dunia II. Kedekatan mereka yang berlangsung selama empat hari kemudian mempengaruhi keputusan Francesca mengenai proses pemakamannya.

Rasanya, Clint Eastwood selalu ingin memberi makna lebih soal kehidupan melalui karya-karyanya ketimbang menyodorkan pengertian soal benar dan salah. Sama halnya dengan The Bridges of Madison County, film Gran Torino juga berhasil meninggalkan kesan tersendiri dalam diriku menjelang pergantian tahun ini.

Sekilas tentang Film Gran Torino

Pada film keluaran 2008 ini, Clint Eastwood juga menjadi sutradara sekaligus pemeran utama, sama seperti dalam film The Bridges of Madison County yang dirilis tahun 1995 itu. Namun, alih-alih bicara soal cinta antara laki-laki dan perempuan, Gran Torino justru menampilkan kisah cinta yang lebih universal.

Film ini menampilkan relasi keluarga Walt Kowalski (Clint Eastwood) yang cenderung dingin, apalagi setelah istri Kowalski meninggal dunia. Namun, sikap Kowalski yang antipati terhadap banyak hal lambat laun berubah. Perubahan ini tak lain dipicu oleh Pastor Janovich dan Thao Vang Lor, tetangga rumahnya yang termasuk dalam golongan Hmong.

Arti Hidup dan Mati bagi Walt Kowalski

Setelah kematian istrinya, Kowalski sering didatangi oleh Pastor Janovich. Pastor tersebut mengaku mendapat amanah dari istri Kowalski untuk membimbingnya agar mau mengaku dosa dan hidup di jalan yang benar. Tapi, Kowalski tak tertarik dengan ceramah pastor yang baru keluar dari seminari tersebut.

Pastor Janovich terus mendatanginya dalam berbagai kesempatan. Kowalski akhirnya menceritakan pengetahuannya soal hidup dan mati. Dari cerita tersebut, pastor muda itu menyimpulkan bahwa Kowalski, mantan tentara perang yang pernah ditugaskan di Korea itu, ternyata lebih memahami arti kematian daripada kehidupan.

Transformasi Walt Kowalksi

Setelah perbincangan tersebut, Kowalski masih antipati terhadap beberapa hal, mulai dari sikap anak-anak muda masa kini maupun pada tetangga rumahnya sendiri. Wajar, pasalnya, ia bahkan tak memiliki kedekatan dengan anggota keluarganya sendiri.

Namun, perspektif Walt Kowalski kemudian berubah setelah bertemu dengan Thao Vang Lor, tetangga sebelah rumahnya yang pada awalnya tertangkap basah akan mencuri mobil Gran Torino milik Kowalski. Insiden percobaan pencurian mobil tersebut ternyata bukan ide Thao, melainkan berasal dari komplotan Hmong yang ingin mencelakai Thao.

Setelah melihat kegigihan dan kemurnian hati Thao, Kowalski justru memiliki hubungan yang lebih spesial dengannya. Ia merasa bahwa Thao memiliki empati tinggi yang tak ditemukan Kowalski pada anak maupun cucu-cucunya.

Perjalanan Walt Kowalski Menemukan Arti Kehidupan

Berkat Thao, Kowalski kemudian menemukan arti kehidupan yang awalnya tak banyak dipahami olehnya. Kowalski mulai membekali Thao dengan berbagai hal, mulai dari hal-hal remeh seputar obrolan laki-laki sejati sampai modal untuk bekerja di sebuah proyek konstruksi.

Meski sudah banyak dibantu oleh Kowalski, jalan hidup Thao tak lantas mujur. Ia masih kerap diganggu oleh komplotan Hmong. Melihat itu, Kowalski tak ingin tinggal diam. Di sisi lain, Pastor Janovich mengingatkannya bila tindakan Kowalski main hakim sendiri itu tak elok.

Setelah aksi pertumpahan darah yang terjadi di rumah Thao akibat serbuan komplotan Hmong tersebut, Walt Kowalski lantas memikirkan taktik pamungkas. Menurutnya, Thao tak akan hidup tenang sampai geng tersebut benar-benar dimusnahkan.

Persembahan Kematian yang Mulia

Setelah melihat tekad Kowalski memberantas komplotan Hmong tersebut, mungkin kalian akan berpikir bahwa pensiunan tentara ini akan membunuh mereka satu per satu. Ditambah lagi, Kowalski punya karakter yang dingin setelah menyaksikan banyak pertumpahan darah di Korea.

Akan tetapi, Clint Eastwood berusaha memberikan suguhan karya yang melampaui batas perkiraan para penonton dengan ending yang begitu menarik. Ia mendatangi rumah komplotan Hmong tersebut tanpa senjata dan memancing mereka agar membunuhnya.

Aksinya yang berlangsung di halaman rumah geng Hmong disaksikan oleh para tetangga. Tentu saja, hal itu sesuai dengan rencana Kowalski, yakni agar kasus penembakan dirinya memiliki saksi yang jelas. Sehingga, komplotan Hmong tersebut pada akhirnya dapat diringkus oleh pihak berwajib.

Dengan kata lain, Walt Kowalski mati untuk memberikan kehidupan bagi Thao. Di samping itu, ia pun tak melupakan pesan Pastor Janovich soal pengampunan dengan cara membuat geng Hmong tersebut diserahkan ke penjara, alih-alih membunuhnya secara langsung.

Sebelum melangsungkan aksinya, Walt Kowalski juga bersedia mengaku dosa, sesuai pesan mendiang istrinya pada Pastor Janovich. Ia juga memberikan rumahnya pada gereja dan menghadiahkan mobil Gran Torino 1970-nya itu pada Thao Vang Lor.

Closing

Bagiku, film Gran Torino tak hanya menyuguhkan drama menye-menye yang membuat orang menangis tersedu-sedu. Tapi, film ini justru berhasil membuatku berpikir, menggali, dan memahami makna yang dihadirkan. Banyak sekali adegan sederhana yang bahkan tak menyertakan dialog, tapi sudah cukup tersampaikan lewat tatapan mata Clint Eastwood dan tentunya suguhan visual yang baik.

Tanpa ragu, aku merekomendasikan film ini untuk kalian tonton pada akhir tahun 2022. Selamat mengumpulkan “harta karun” di penghujung tahun ini dengan menonton film Gran Torino dan I’ll see you again next year!

Tinggalkan komentar